PENGARUH TINGKAT KEMASKAN FISIOLOGIS TERHADAP DAYA BERKECAMBAH BENIH CENGKIH (Zyzygium aromaticum L)
Diposting Rabu, 09 November 2022 10:11 amFirst Author : Djondri Limahelu, S.ST. Second Author : Erick M Luhukay, S.P. |
Cengkih (Syzygium aromaticum L) merupakan salah satu tanaman asli Indonesia yang berasal dari kepulauan Maluku. Upaya pengembangan dan peningkatan produktivitas cengkeh menyiapkan bahan tanam berupa benih ungul. Produksi tanaman sangat ditentukan oleh penggunaan varietas ungul dan benih bermutu. Mutu benih ditentukan secara fisik, fisiologis dan genetik. Mutu fisiologis benih terbaik diperoleh pada saat benih memasuki fase masak fisiologis yang diindikasikan oleh bobot kering dan vigor maksimum. Masak fisiologis benih cengkih sebelumnya ditentukan berdasarkan umur setelah antesis yang ditandai dengan tingginya nilai daya berkecambah Tingkat kemasakan fisiologis benih cengkih terhadap daya berkecambah. Panen yang tepat adalah saat masak fisiologis karena pada saat tersebut, benih mempunyai bobot kering dan vigor yang maksimum sehingga mutu benih yang dihasilkan menjadi lebih optimal. Benih yang dipanen sebelum tingkat kemasakan fisiologisnya tercapai tidak mempunyai viabilitas tinggi. Bahkan pada beberapa jenis tanaman, benih yang demikian tidak akan dapat berkecambah, diduga pada tingkatan tersebut benih belum memiliki cadangan makanan yang cukup dan juga pembentukan embrio belum sempurna terhadap daya berkecambah benih cengkih
Rendahnya mutu benih cengkih berkontribusi terhadap
rendahnya produktivitas cengkih nasional di Indonesia. Penelitian ini bertujuan
untuk menentukan pengaruh
tingkat masak fisiologis dan media perkecambahan terhadap viabilitas benih
cengkih di rumah kaca dan germinator. Sasaran memberikan informasi kepada semua
pihak yang terkait di bidang perkebunan mengenai pengaruh tingkat kemasakan fisiologis terhadap daya berkecambah benih
cengkih. Penelitian
dilaksanakan di Laboratorium Perbenihan BBPPTP Ambon Bahan yang digunakan adalah benih
cengkih Tuni diperoleh
dari pertanaman di Desa Wakasihu Kecamatan Leihitu Barat kabupaten Maluku Tengah. Penelitian menggunakan rancangan Acak
Lengkap (RAL) petak
utama adalah tiga tingkat kematangan
fisiologis benih berdasarkan warna buah
yakni merah, merah ungu dan ungu. Setiap perlakuan diulang tiga kali setiap satuan
percobaan terdiri atas 25 butir benih
cengkih untuk uji daya berkecambah, sehingga terdapat 18 satuan percobaan,
media yang digunakan pasir. Benih
diseleksi berdasarkan warna buah merah, merah uggu dan
ungu (gambar 1).
- (b) (c)
Gambar 1. Tingkat kemasakan benih cengkih Tuni berdasarkan warna buah (F1) merah; (F2) merah ungu; (F3) ungu
Hasil
penelitian menunjukkan bahwa persentase viabilitas benih cengkih tidak
dipengaruhi oleh tingkat masak benih berdasarkan warna buah, tetapi dipengaruhi
oleh media perkecambahan. Karakteristik mutu fisiologis benih cengkih antara
dua jenis media perkecambahan yang diuji pada pengecambahan
di rumah kaca persentase kecepatan tumbuh tertinggi terdapat pada tingkat
kemasakan benih F1 (merah), sedangkan kecepatan tumbuh pada germinator tertinggi terdapat pada tingkat
kemasakan benih F2 (merah ungu). Media pasir merupakan media perkecambahan
terbaik untuk benih cengkih, dan dapat direkomendasikan kepada produsen benih.
Gambar 2. Kecepatan tumbuh benih cengkih tuni pada beberapa tingkat kemasakan fisiologis di rumah
kaca dan germinator
Dari data di atas menunjukan bahwa benih F1 (merah) memiliki bobot basah paling rendah, dan F3 memiliki bobot basah paling tinggi, dapat disimpulkan bahwa bobot basah semakin meningkat berdasarkan tingkat kemasakan fisiologisnya. Tingkat kemasakan fisiologis berpengaruh nyata terhadap kadar air benih. Menurut Sutopo (2006) kadar air benih adalah jumlah air yang terkandung dalam benih. Tinggi rendahnya kandungan air dalam benih memegang peranan yang sangat penting dan berpengaruh terhadap viabilitas benih.
Hitungan
pertama ditentukan saat persentase kecambah normal per hari mencapai maksimum,
hitungan kedua
ditentukan saat persentase kecambah normal per hari tidak lagi menunjukkan
pertambahan (akumulasi). Pada penelitian ini benih cengkih ditentukan melalui
pencapaian first count tercepat dari masing-masing kombinasi benih dan media
terbaik. Sementara itu, final count ditentukan dengan melihat pencapaian final
count terlambat dari masing-masing kombinasi benih dan media terbaik. Hal ini
dimaksudkan agar penetapan hasil perkecambahan ditentukan berdasarkan kondisi
benih dan lingkungan paling optimum dan pengujian dapat dilakukan kembali pada
waktu dan tempat berbeda dengan hasil yang sama.
Gambar 3. Kecambah Normal
Daya berkecambah benih diukur berdasarkan persentase kecambah normal pada hari ke-32 setelah tanam. Potensi tumbuh maksimum (PTM) Potensi tumbuh maksimum diperoleh dengan menghitung persentase jumlah benih yang berkecambah, baik berkecambah normal dan abnormal. Tingkat masak benih berdasarkan warna buah tidak berpengaruh terhadap hitungan pertama perkecambahan. Sebaliknya, media perkecambahan memberikan pengaruh nyata terhadap hitungan pertama perkecambahan. Penentuan kecambah normal dan hari pengamatan uji daya berkecambah, yakni kecambah normal benih cengkih pada penelitian ini ditentukan berdasarkan kelengkapan struktur esensial kecambah yaitu akar primer dan sekunder, kotiledon, hipokotil, epikotil dan plumula.
Tabel 1. Pengaruh tingkat kemasakan benih dan media perkecambahan terhadap hitungan hari pertama dan kedua daya berkecambah benih cengkih tuni
Media | Benih | ||
Merah | Merah Ungu | Ungu | |
Hari ke – 16 setelah tanam | |||
Rumah Kaca | 33,33 | 33,33 | 29,33 |
Germinator | 57,33 | 69,33 | 65,33 |
Hari ke – 32 setelah tanam | |||
Rumah Kaca | 86,66 | 85,33 | 93,33 |
Germinator | 89,33 | 93,33 | 97,33 |
Standar mutu benih cengkih dalam bentuk biji sesuai Keputusan Menteri Pertanian RI Nomor : 315/Kpts/KB.020/10/2015 untuk daya berkecambah benih cengkih adalah 85 %. Berdasarkan hal tersebut jika dilihat dari data rataan daya berkecambah benih cengkih umur 32 HSS tabel 1 dan 2, maka diketahui bahwa F1, F2, dan F3 dapat dikategorikan sebagai benih yang baik. Menurut Sadjad (1993), biji mempunyai kemampuan berkecambah yang berbeda selama proses pematangannya. Benih yang dipanen setelah tercapainya matang fisiologis memiliki vigor yang relatif lebih tinggi sehingga akan menghasilkan tanaman yang lebih vigor dan memiliki daya simpan lebih lama. Benih yang telah matang fisiologis telah mempunyai cadangan makanan sempurna sehingga dapat menunjang pertumbuhan kecambah.
Kesimpulan
Masak fisiologis benih cengkih Tuni yang tepat ditentukan pada saat buah berwarna Ungu berdasarkan nilai kecepatan tumbuh dan daya berkecambah di Rumah Kaca (93,33%) dan di Germinator (97,33%). Pengamatan pertama pada uji daya berkecambah benih dilakukan pada 16 hari setelah tanam (HST) dan pengamatan ke dua dilakukan pada 32 HST. Pasir adalah media perkecambahan yang paling tepat untuk benih cengkih. Persentase daya berkecambah di pengecambahan germinator lebih tinggi dibandingkan rumah kaca.
Referensi :
Copeland,L. O., Mc.Donald MB. 2001. Principles of Seed Science and Technology 4thed. London:Kluwer Academic Publishers.
Fadilah, Siti. 2018. Pengujian Daya Kecambah. Di https://bbppmbtph.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document/Pengujian%20Daya%20Berkecambah.pdf (diakses 13 Maret 2019)
Hartman, H.T., D.E. Kester., F.T. Davies, & R.L. Geneve.1997. Plant Propagation Principles and Practices, 3rd ed. Engglewood-Clifft, Prentice-Hall.
Haryanti, Sri dan Rini Budihastuti. 2015. Morfoanatomi, Berat Basah Kotiledon dan Ketebalan Daun Kecambah Kacang Hijau (Phaseolus vulgaris L.) Pada Naungan yang Berbeda di https://eprints.undip.ac.id/45893/1/7._Sri_Haryanti_isi.pdf (diakses 26 Februari 2019)
Imam, S Muhammad. 2008. Pengaruh Tingkat Kematangan Buah Terhadap Perkecambahan Biji pada Pyracanta Spp.cibodas:buletin kebun Raya Indonesia vol. 11 no 2, juli 2008 hal 36 – 40
Menteri Pertanian Republik Indonesia. 2015. Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 315/Kpts/KB.020/10/2015 tentang Pedoman Produksi, Sertifikasi, Peredaran dan Pengawasan Benih Tanaman Cengkih (Eugenia aromatica O.K.). Jakarta : Kementerian Pertanian.
Ruhnayat, A. Dan A. Wahyudi. 2012. Petunjuk Teknis Pembenihan Tanaman Cengkeh (Euegenia aromaticum). Balai Tanaman Rempah dan Obat. Anonim.
Sadjad., 1980 Panen dan Penanganan Benih Cengkih.
Sadjad, S. 1993. Dari Benih Kepada Benih. PT. Grasindo Widjasara Indonesia, Jakarta.
Sadjad, S., E. Murniati, & S. Ilyas. 1999. Parameter Pengujian Vigor Benih. Jakarta: PT. Grasindo bekerja sama dengan PT Sang Hyang Seri.
Sukarman dan M. Hasanah. 2003. Perbaikan Mutu Benih Aneka Tanaman Perkebunan Melalui Cara Panen dan Penanganan Benih.https://www.pustaka-deptan.go.id/publikasi/p3213022.pdf (diakses 12 Maret 2018)
Sutopo, L. 2002. Teknologi Benih. PT. Raja Grafindo
Persada, Jakarta. 238 hlm.