BALAI BESAR PERBENIHAN DAN PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN AMBON
DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN

ARANG TEMPURUNG MENGENDALIKAN PENYAKIT KANKER BATANG PALA DI PULAU BANDA KECAMATAN BANDA KABUPATEN MALUKU TENGAH

Diposting     Jumat, 31 Maret 2023 07:03 am    Oleh    Admin Balai Ambon



Penulis : Hellen Talahatu, S.P., M.Si.

Sampai saat ini pala masih  merupakan komoditi unggulan di sektor pertanian yang memiliki nilai pasar menjanjikan karena nilai permintaannya cukup tinggi di pasar international. Persentase keseluruhan produksi pala dunia dihasilkan dari Indonesia sebesar 60%. Pada umumnya tanaman pala yang dikelola oleh petani merupakan tanaman pala yang telah berumur puluhan hingga ratusan tahun.

Pulau Ambon merupakan salah satu sentra penghasil Pala di Wilayah Maluku. Berdasarkan data statistik di Pulau Ambon terdapat luas lahan tanaman pala sebesar 1763 Ha yang produksi mencapai 329,80 ton. Uniknya di Pulau Ambon Perkebunan Pala menggunakan sistem agroforestry yang oleh warga lokal disebut Dusung. Dusung ialah pengelolaan tradisional dimana tanaman pala ditanam bersama dengan tanaman lain di satu lahan (Matinahoru, 2014).

Kendala yang sering dihadapi untuk peningkatan produksi pala adalah masalah hama dan penyakit dan ini sangat mempengaruhi penurunan produksi bahkan sampai gagal panen. Jenis hama yang menyerang tanaman pala adalah penggereka batang (Batocera sp.), rayap dan kumbang (Areoceum foriculatus). Sedangkan untuk penyakit utama yaitu kanker batang akibat serangan jamur Pytophthora palmivora, busuk buah, gugur daun dan pecah buah mentah (penyakit fisiologis).  

Gejala kerusakan batang pala akibat hama penggerek batang terlihat batang berlubang dengan diameter 0,5 – 1,0 cm. Lubang gerekan terlihat pada batang 1 – 2 m dari permukaan tanah. Lubang gerekan tampak adanya garis – garis mendatar dengan ukuran 1,5 – 2,0 cm dan lebar 2 – 3 mm, tampak juga serbuk – serbuk kayu bekas gerekan dan pada lubang gerek keluar cairan atau gum berwarna cokelat. Karakteristik dan larva dari hama ini berukuran 6 – 10 cm, berwarna putih agak cokelat dan pada bagian abdomen memiliki ruas 8 – 9, caput berbentuk oval dan berwarna cokelat kemerahan (Kalay et al.,2015).

Saat mengunjungi kebun pala milik petani di desa Puring, Mangkubatu dan Lonthoir kecamatan Banda  Kapupaten Maluku Tengah beberapa waktu lalu, ditemukan adanya penyakit kanker batang/stem canker pada tanaman pala.  Pohon yang terserang masih terlihat sehat. Pohon masih tegak, kulit batang masih utuh dan masih berdaun. Tidak tampak berbeda dengan pohon – pohon di sekitarnya. Namun petugas didampingi petani pemiik kebun beserta kelompok tani Pemuda penggerak penghijau banda, kelompok tani mekar indah di dusun Mangku Batu yang berkunjung ke kebun tersebut menunjuk beberapa pohon yang terdapat bagian yang berwarna hitam pada batangnya. Petugas kemudian meminta agar bagian yang berwarna hitam tersebut dikerok, dan benar saja ketika kulit batang terbuka bagian tersebut mengeluarkan cairan berwarna merah. Cairan tersebut keluar terus menerus, sehingga batang menjadi berwarna kemerahan. Pengerokan dilanjutkan di sekitar kerokan pertama, dan ternyata penyakit tersebut telah menjalar. Setiap dikerok batang mengeluarkan cairan berwarna merah. Tak hanya itu, di bagian dalam batang yang telah melapuk dan agak mencekung, ternyata telah didiami oleh hama kutu. Cairan merah yang keluar dari batang tersebut merupakan gejala khas penyakit kanker pada tanaman pala.

Penyakit kanker pada tanaman perkebunan biasanya menyerang batang, sehingga sering disebut kanker batang. Penyakit kanker batang yang menyerang pala disebabkan oleh jamur Phytophthora palmivora. Tanaman inang lainnya yang juga dapat terserang penyakit kanker batang oleh P. Palmivora pada tanaman pala selain menyebabkan penyakit kanker batang juga menyebabkan penyakit busuk akar. Penyakit dapat disebarkan melalui percikan air hujan atau alat pertanian yang terkontaminasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa tanah menjadi sumber inokulum utama.

Karena patogen dapat menyebabkan dua penyakit sekaligus, maka pengendalian sebaiknya dilakukan secara menyeluruh, tidak hanya untuk penyakit kanker batang. Upaya pengendalian yang dapat dilakukan antara lain:

  • Pengamatan rutin terutama pada saat musim hujan.
  • Hindari perlukaan pada batang.
  • Mengupas kulit batang yang terkena kanker batang kemudian mengolesi dengan pasta arang tempurung kelapa yang mengandung karbon aktif (karena mampu menyerap dan mengikat cairan yang keluar dari batang).
  • Pada lahan bekas tanaman terserang dapat ditanami lagi dengan aplikasi kompos dan Trichoderma perbandingan 20:1 sebanyak 6 kg/ lubang.
  • Aplikasi ulangan pada tanaman pala umur 2 tahun dan 4 tahun sebanyak 6 kg/pohon.
  • Aplikasi Metabolit Sekunder Agens Pengendali Hayati (MS APH) Trichoderma konsentrasi 5-10 ml/liter air, dosis 600-800 ml infus akar sehat (untuk 4 akar sehat @150-200 ml) diulang 3-5 kali, interval 1 minggu.
  • Penggunaan mulsa organik untuk meningkatkan keanekaragaman mikroorganisme tanah.
  • Pembuatan parit isolasi untuk mencegah penularan penyakit dari tanaman sakit ke tanaman sehat. Lebar 0,5, dalam 1,5 meter (TM), untuk TBM lebar 0,5 m, dalam 1 meter.
  • Apabila infeksi sudah melingkari batang, tanaman tersebut dipotong atau dibongkar.

Pengendalian yang dilakukan sebagai langkah awal pencegahan penyakit kanker batang pala adalah dengan menggunakan arang tempurung yaitu pada batang yang terserang dapat dilakukan pengendalian dengan membersihkan kulit batang yang terserang penyakit kanker batang dan mengupas kulit batang atau kulit batang yang membusuk sampai batas yang sehat (jaringan berwarna putih). Pada kulit batang atau cabang yang dibersihkan diolesi dengan  bahan penutup luka yang mengandung fungisida yang berasal dari pestisida nabati, arang tempurung berasal dari tempurung kelapa mengandung fenol dan formaldehid yang berfungsi sebagai antibakteri dan anti cendawan.

Salah satu kegunaan yang belakangan ini menjadi perhatian masyarakat di pedesaan adalah arang tempurung (batok kelapa) yang dijadikan sebagai pestisida nabati. Arang aktif merupakan bahan aktif yang dihasilkan dari pembakaran kayu kayuan atau bagian tanaman lainnya yang bersifat antimicrobial, Salah satu arang aktif yang telah banyak digunakan arang aktif tempurung kelapa.

Tempurung kelapa banyak mengandung fenol dan formaldehid yang berfungsi sebagai anti bakteri dan anti cendawan, sehingga bahan ini dinilai berpotensi sebagai pestisida nabati. Selain itu bahan tersebut tidak membahayakan manusia ataupun lingkungan, karena kandungan bahan yang berbahaya seperti senyawa Benzo(a)-piren atau yang biasa disebut tar sudah dihilangkan dalam proses awal pembuatan.

Penggunaan arang tempurung aktif tempurung kelapa yang efektif dalam mengendalikan beberapa penyakit yang disebabkan oleh cendawan telah banyak dilakukan, salah satunya adalah penggunaan arang tempurung untuk mengendalikan penyakit kanker batang pala.

Penyakit kanker batang pala dapat menyerang tanaman pala yang mudah sampai yang sudah tua. Gejala awal berupa bercak kecil dibatang atau cabang, kemudian melebar dan basah karena mengeluarkan blendok .Phytopthora Palmivora ini kemudian masuk ke dalam batang, jika kulit tanaman terserang penyakit ini dikikis akan terlihat batang yang terserang berwarna coklat tua. Serangan berat di batang menyebabkan daun rontok, ranting kering sampai akhirnya pohon mati. Serangan kanker batang dapat mematikan tanaman sampai 50 %. Arang aktif mampu mengendalikan kanker batang dengan cara menyerap dan mengikat cairan yang keluar dari tanaman akibat luka oleh penyakit kanker batang. Cairan yang keluar dari tanaman yang terluka oleh kanker batang akan masuk  akan terikat dalam rongga aktif, sehingga membuat cairan tersebut terserap. Arang aktif tempurung kelapa mempunyai daya serap yang tinggi berkisar antara 400 dan 1000 mg/g. Rongga arang aktif yang berbentuk zig zag memudahkan cairan yang keluar dari tanaman akan lebih mudah diserap.

Pustaka

  • Agrios, G.N. 1996. Ilmu penyakit tumbuhan.  Edisi ketiga. Diterjemahkan oleh Munsir Busnia. Gadjag Mada University Press. Jogjakarta
  • Alexander, M. 1977. Introduction tp soil microbiologi. Jhon Wiley and Sons New York
  • Anonim. 2007. Pedoman Pengamatan dan Pengendalian OPT utama tanaman Pala. Direktorat Perlindungan Perkebunan Direktorat Perkembunan kementerian Pertanian.

Kalshoven, L.G.E., 1981. Pests of Crops in Indonesia. Laan PA van der, penerjemah.Ichtiar Baru-Van Hoeve. Jakarta. Terjemahan dari: De Plagen van deCultuurgewassen in Indonesie.


Bagikan Artikel Ini