DAMPAK BIOPESTISIDA AKAR TUBA (Derris elliptica) DALAM PENGENDALIAN HAMA PADA TANAMAN PALA DI KECAMATAN KEPULAUAN BANDA KABUPATEN MALUKU TENGAH
Diposting Kamis, 30 November 2023 08:11 amPenulis : Hellen Talahatu, SP. M. Si
Penyunting : Matthew Hutapea
Tuba adalah tumbuhan dari Asia Tenggara dan kepulauan di Pasifik barat-daya. Di beberapa daerah tumbuhan ini memiliki nama lain yaitu tuba akar, tuwa laleur, areuy kidang (Sd), jenu, jelun, tungkul (Jw.), tobha, jheno, mombul (Md.) dan lain-lain. Dan tahukah anda pengertian tuba sebenarnya? Tuba adalah sebuah tumbuhan yang merambat dan memiliki racun di akarnya. Seperti disebutkan oleh pengertiannya, akar tuba memiliki kandungan rotenona (rotenone), sejenis racun kuat untuk ikan dan serangga (insektisida). Tumbuhan tuba berbeda dari tumbuhan lainnya karena tumbuhan ini merambat dan membelit hingga setinggi 10m. Ranting tumbuhan ini yang tua berwarna kecoklatan, dengan bentolan kecil. Bentuk daunnya tersebar, majemuk menyirip ganjil beranak daun 7-15 helai, bertangkai 13-23 cm anak daun bertangkai pendek, memanjang sampai bentuk bundar telur terbalik, 4-24 × 2-8 cm, dengan sisi bawah keabu-abuan atau kebiruan, sering berambut rapat dengan warna daun yang muda coklat-ungu. Bentuk Bunga terkumpul dalam tandan, dengan sumbu yang berambut rapat, tangkainya 12-26 cm. Kelopak bunga tumbuhan ini berbentuk cawan, berambut coklat rapat, tinggi 6-8 mm, hanya bagian bawah yang tumbuh sempurna. Mahkota bunga berwarna hijau dengan warna ros pucat, berambut rapat di bagian luar, bundar telur sampai oval lebar, lk. 2 cm garis tengahnya, pada pangkalnya dengan 2 telinga yang memutar membalik.
Bentuk Buahnya polong berbentuk oval sampai memanjang, 3,5-7 × 2 cm, bersayap di sepanjang tepi bawahnya, tidak membuka. Biji 1-2, jarang 3. Habitat pertumbuhan tanaman ini adalah Tumbuh liar dalam semak-semak dekat tepi hutan, tepi sungai, dan kadang-kadang ditanam di kebun atau pekarangan. Di Jawa didapati mulai dari dataran rendah hingga ketinggian sekitar 1500 m dpl.
Akar tuba sebagai pestisida nabati merupakan tanaman famili Fabaceae yang memiliki kandungan zat beracun yang berpotensi sebagai sumber insektisida nabati yaitu rotenon. rotenon bekerja sebagai racun yang dapat mengganggu proses kehidupan suatu sel serangga dan sebagai antifeedant yang menyebabkan serangga berhenti makan.
Biopestisida secara umum memiliki banyak keunggulan, diantaranya :
– Murah dan mudah dibuat sendiri oleh petani.
– Relatif aman terhadap lingkungan.
– Tidak menyebabkan keracunan pada tanaman.
– Sulit menimbulkan kekebalan terhadap hama
– Kompatibel digabung dengan cara pengendalian yang lain dan
– Menghasilkan produk pertanian yang sehat karena bebas residu pestisida Bahan aktif rotenone yang terkandung dalam tanaman tuba cukup beracun sehingga perlu dibuat formula yang aman bagi komoditas sayuran. Dalam penelitian ini akan digunakan ekstrak akar tuba kemudian dibuatkan perlakuan formulanya yang dapat mengendalikan hama yang menyerang tanaman sayuran, sekaligus komoditas sayurannya aman untuk dikonsumsi. Menekan penggunaan pestisida sintetis dan meningkatkan penggunaan biopestisida dalam proses produksi tanaman sayuran, khusus dalam pengendalian hama dan meningkatkan produksi sayuran melalui penggunaan biopestisda.
Diskripsi : Biopestisida merupakan senyawa beracun berasal dari tumbuh-tumbuhan yang dapat mengendalikan hama yang menyerang tanaman. Bahan tumbuhan yang berasal dari bagian akar tanaman tuba sudah sejak lama dikenal memiliki daya racun, dengan bahan aktif rotenone. Dalam pengaplikasiannya, akar tuba diekstraksi terlebih dahulu kemudian disemprotkan pada serangga hama. Jenis pestisida ini mudah terurai (biodegrade-able) di alam sehingga tidak mencemarkan lingkungan
Tumbuhan tuba memiliki sistematika botanis, sebagai berikut :
Divisio : Spermatophyta
Kelas : Dikotiledonae
Famili : Leguminosae
Genus : Derris
Spesies : Derris eliptica
Untuk kegiatan aplikasi di lapangan tim kerja proteksi BBPPTP Ambon melakukan pengendalian hama terpadu pada tanaman pala di Kecamatan Banda salah satu bahan pengendaliannya adalah penggunaan cairan/ekstrat akar tuba dengan metode aplikasinya adalah penyemprotan, penyemprotan dilakukan pada setiap pohan tanaman pala, penyemprotan dilakukan oleh petugas dan para petani setempat dengan interval waktu penyemprotan setiap minggu dengan OPT sasaran adalah hama serangga pada tanaman pala.
Cara Pembuatan : Akar tuba sebelum digunakan harus dicuci terlebih dulu, kemudian ditumbuk dengan menggunakan lesung. Hasil tumbukan berupa ekstrak akar tuba kemudian diambil sebanyak 1 kg akar tuba, kemudian ditambahkan dengan air bersih sebanyak 20 liter. Hasil pencampuran tersebut di diamkan selama 3 hari. Setelah 3 hari, campuran tersebut kemudian di saring menggunakan saringan dan ember sebagai tempat penampungan sementara. Hasil saringan ditambahkan deterjen sebanyak 1 sendok makan dan diaduk merata. Hasil saringan kemudian dimasukan kedalam jerigen untuk siap digunakan pada waktu aplikasi. Hasil saringan kemudian bisa diaplikasikan ke tanaman yang terserang hama seperti ulat pemakan daun, kutu daun, keong emas dan tungau.
Sebelumnya tim Proteksi BBPPTP Ambon sudah lebih dahulu melakukan kegiatan CPCL (Calon Petani Calon Lahan) yang disurvey serta dilihat tingkat serangannya dengan tujuan mengamati secara lansung di lapangan untuk pengambilan data, baik data primer maupun data sekunder pada lahan-lahan terkait, yakni Mangkubatu, Lonthoir, dan Uring.
Di tiga lokasi ini tingkat serangan masih berada dibawah ambang batas, untuk menjadi dasar BBPPTP Ambon melakukan Pengendalian Hama Terpadu (PHT). Hasil identifikasi sebelumnya lokasi dan kelompok tani Lonthoir memiliki tingkat serangan dan luas hamparan terserang hama dan penyakit diatas 50%. Adapun hama dan penyakit yang menyerang secara dominan pada hamparan ini yaitu kanker batang, diikuti serangan penyakit busuk buah basah dan kering, dan hama penggerek batang pala.
sp penyemprotan cairan/ekstrat jahe merah.Beauveria bassiana sp dan Jamur TrichodermaTim pengendali proteksi bekerja sama dengan petugas penyuluh lapangan (PPL) Kecamatan Kepulauan Banda yang sudah bersinergi dengan BBPPTP Ambon sejak adanya kelompok tani Organik yang dibina di Kecamatan Kepulauan Banda, Maluku Tengah. Kerja sama ini sangat mendukung proses pengendalian di lapangan. Selain penggunaan cairan/ekstrat akar tuba untuk pengendalian hama seragga, ada juga penggunaan pasta arang tempurung kelapa dan penggunaan APH Jamur
Dalam kegiatan ini juga dilakukan bimbingan teknis kepada kelompok tani serta dijelaskan tentang teknik atau metode aplikasi pasta arang tempurung pada batang tanaman pala.
Yang pertama dilakukan adalah membersihkan daerah serangan penyakit kanker di sekitar batang pala, setelah itu diolesi dengan pasta/cairan arang tempurung.
Arang tempurung kelapa yang mengandung karbon aktif. Desi (2020) mengemukakan bahwa arang dapat berfungsi sebagai penyerap mikroorganisme dan bahan-bahan kimia sehingga dapat digunakan untuk menyerap dan mengikat cairan yang keluar dari batang.
Trichoderma sp dilakukan dengan metode infus akar pada tanaman terserang per tanaman/blok dengan konsentrasi 5-10 ml/liter air, dosis 600-800 ml infus akar sehat (150 ml – 200 ml untuk 4 akar sehat) untuk akar sehat diberi dosis setengah APH 300-400 ml dan 2 akar sehat diberi perlakuan APH Beauveraia bassiana sp dan TrihcodermaSedangkan untuk apalikasi APH Jamur sp Trichoderma merupakan jamur parasit yang dapat menyerang dan mengambil nutrisi dari jamur lain. KemampuanTrichoderma sp . Yudha, Soesanto, dan Mugiastuti (2016) menyatakan bahwa sp. yaitu mampu memarasit jamur patogen tanaman dan bersifat antagonis, karena memiliki kemampuan untuk mematikan atau menghambat pertumbuhan jamur lain. Sehingga kedua APH ini mampu menyelesaikan permasalahan hama dan penyakit. Perlakuan terakhir yaitu penyemprotan pesnab jahe merah yang berfungsi mengusir hama pada tanaman pala sehingga dapat menghindari invasi dari hama penggerek batang pala. Jahe merah mengandung komponen volatil yang terdiri atas derivat sesquiterpen dan monoterpen dimana nantinya senyawa tersebut akan mengganggu sistem pernafasan, mengganggu kerja hormonal dan merusak saluran pencernaan. Terganggunya sistem fisiologis larva akan berakibat pada terganggunya sistem respirasi, mengganggu kerja hormonal dan merusak saluran pencernaan (Rahajoe, 2012).
Pustaka:
Dadang dan J. Prijono, 2008. Insektisida Nabati. Prinsip, Pemanfaatan dan Pengembangan. Departemen Proteksi Tanaman. IPB.
Georgy, C. D. V. And G. L. Teik., 1932, The rotenon content of malayan tuba root,Journal the MalayanAgriculturalXVIII
Kardiman, A, 2000. Pestisida Nabati Ramuan dan Aplikasi. Penebar Swadaya. Jakarta
Muharsini, S., H. S. April dan Yuningsih. 2006. Uji keefektifitas biji sirsak (Annona muricata) dan akar tuba (Derris elliptica) terhadap larva Chrysanya berziona secara in vitro. Seminar Nasional Fakultas Peternakan dan Veteriner. Balai Penelitian Veteriner Bogor. Bogor.
Natawigena, H., 1993., Dasar-dasar Perlindungan Tanaman, Triganda Karya, Bandung
Yoon, A. S., 2006, Extraction ofrotenone from Derris elliptica and Derris malaccensis bypressurized liquid extraction compared withmaceration, Journal of Cromatography A. Elsaiver.