BALAI BESAR PERBENIHAN DAN PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN AMBON
DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN

HAMA PENGGULUNG DAUN (Thrips) YANG MERESAHKAN PETANI BENIH PALA DI KABUPATEN MALUKU TENGAH

Diposting     Selasa, 13 Desember 2022 07:12 am    Oleh    Admin Balai Ambon



Penulis : Hellen Talahatu, S.P., M.Si

Penyunting : Matthew Nicholas F Hutapea

Tanaman pala (Myristica fragrans Houtt.) merupakan tanaman asli Indonesia. Sumberdaya genetik pala yang besar ditemukan di Kepulauan Maluku, Maluku Utara, terutama di Pulau Banda dan Siau (Sangihe Talaud) Sulawesi Utara, serta Papua. Sekalipun pala merupakan tanaman asli Maluku dan Ternate (Maluku Utara) tetapi jarang ditemukan jenis liar (Marcelle 1995). Dari 40 jenis Myristica, 34 jenis endemik ditemukan di New Guinea (Indonesia), sehingga Indonesia ditetapkan sebagai pusat asal    (centre of origin) dari genus Myristica (Marcelle 1995; Purseglove et al. 1981; Weiss 2002). 

Produksi pala Indonesia pada tahun 2021 mencapai 135.700 ton jumlah tersebut turun 2,5% dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar 139.100 ton yang dihasilkan dari luas areal produksi 35.210 ha dari tahun 2020 dengan luas areal 35.017 ha.

Pala tumbuh subur dan berproduksi dengan baik pada ketinggian kurang dari  700 mdpl. Dengan curah hujan 2.000 -4.500 mm per tahun , suhu 25 C – 30 C dan kelembaban nisbih  kurang dari 75 %. Konteks saat menunjukan bahwa sepanjang tahun 2022 kondisi suhu dan cuaca tidak menentu dimana, musim penghujan yang berkepanjangan menyebabkan kelembaban dalam kebun pembenihan tinggi akhir – akhir ini. Petani di kabupaten Maluku Tengah mulai diresahkan dengan adanya serangan hama pengulung daun, dan jika tidak dikendalikan maka serangannya akan lebih parah pada umur tanaman 50 – 60 hst. Hama ini sering sekali disepelehkan oleh petani terutama jika tingkat kerusakannya kecil/rendah pada serangan pertama.

Dalam usaha budidaya, seringkali kita pasti bertemu satu hal ini yang sangat merepotkan dan menyebalkan, yaitu datangnya serangan OPT. Tanaman pala yang terkena serangan hama dan penyakit pada saat pembibitan akan menghasilkan benih yang jelek, buruknya lagi bila penyakit atau hama tersebut serangannya meluas, usaha budidaya kita bisa hancur total karenanya.  

Kita semua tahu bahwa daun adalah kunci atau faktor utama penunjang pertumbuhan tanaman, karena daun adalah dapur dari tanaman tersebut. Semakin subur daun semakin cepat pula pertumbuhan tanaman dipembenihan namun salah satu masalah oleh petani di pembenihan saat ini adalah hama penggulung daun pada benih pala.

Gejala Serangan

Pada permukaan daun terdapat bercak – bercak berwarna perak, yang disebabkan akibat masuknya udara ke dalam jaringan sel yang telah dihisap cairannya oleh hama thrips tersebut. Apabila bercak tersebut saling berdekatan dan akhirnya bersatu, maka seluruh daun akan memutih, lama kelamaan warna bercak akan berubah menjadi coklat dan akhirnya daun akan mati. Daun pala yang terserang hebat tepinya akan menggulung ke dalam dan kadang -kadang terdapat bisul. Kotoran dari hama ini akan menutup permukaan daun, sehingga daun menjadi hitam. 

Penyebaran

Kelangsungan hidup thrips sangat dipengaruhi oleh faktor abiotik. Thrips dapat berpindah tempat dari satu bagian tanaman ke bagian tanaman lainnya dengan cara meloncat, atau terbang. Kemampuan terbang Thrips sangat lemah, sehingga untuk berpindah dari satu tanaman ke tanaman lain sangat dipengaruhi oleh faktor luar seperti angin. Suhu dan curah hujan merupakan faktor iklim yang sangat mempengaruhi populasi thrips. Pada daerah dengan kelembaban yang relatif rendah dan suhu relatif tinggi perkembangan thrips dari pupa menjadi imago menjadi cepat. Populasi hama ini tinggi pasca musim kemarau dan populasinya akan berkurang apabila terjadi hujan lebat. Dalam 1 tahun terdapat 8 – 12 generasi. Pada musim kemarau, perkembangan telur sampai dewasa berlangsung 13 -15 hari dan lama hidup thrips berkisar 15 – 20 hari. Thrips berkembang sangat cepat bila suhu disekitar tanaman meningkat.

Morfologi Thrips

Tubuh Thrips terdiri dari 3 bagian yaitu caput, toraks, dan abdomen. Bagian toraks dibagi menjadi protoraks, mesotoraks, dan metatoraks. Bagian abdomen terdiri dari 11 ruas. Serangga berukuran kecil, bertubuh langsing dengan panjang antara 0,5 – 5 mm. Serangga jantan tidak bersayap, sedangkan betina bersayap duri (umbai). Apabila sayap berkembang sempurna akan berjumlah empat. Tipe mulut peraut-pengisap, terdapat 3 buah stilet dan satu mandibel. Antena pendek terdiri dari 4 – 9 ruas. Tarsi satu atau dua ruas. Metamorfosis bersifat pertengahan antara sederhana dan sempurna yaitu terdiri tahapan        telur – larva (nimfa) – prepupa – pupa – imago. Thrips jantan dan betina mirip, tetapi umumnya yang jantan lebih kecil. Beberapa jenis trips berkembang biak secara partenogenesis. Thrips meletakkan telurnya dalam jaringan daun dengan ovipositornya.

Biologi dan ekologi

Telur Thrips berbentuk oval atau ginjal berukuran kecil. Telur diletakkan secara terpisah – pisah dipermukaan bagian tanaman atau ditusukkan ke dalam jaringan tanaman dengan alat peletak telur. Telur yang dihasilkan berkisar antara 80 – 120 butir. Telur akan menetas dalam beberapa hari atau lebih dari satu minggu. Thrips meletakkan telur pada tanaman muda yang berumur 10 – 15 hari atau pada sepal dan petal. Telur diletakkan satu per satu pada jaringan daun muda bagian bawah.

Nimfa berwarnakeputih-putihan atau kekuning-kunigan, tidak bisa terbang tetapi hanya meloncat-loncat saja. Nimfa instar pertama keluar berwarna putih transparan, mempunyai tiga pasang kaki dan berukuran 0,5 mm. Fase instar pertama berlangsung 2-3 hari. Setelah mengalami ganti kulit, nimfa instar kedua muncul dan berwarna kuning tua keruh yang semakin lama warnanya menjadi kecoklatan dan berukuran sekitar 0,9 mm. Nimfa instar dua berlangsung selama 3-4 hari.

Prapupa muncul setelah berganti kulit dengan ciri terbentuknya kerangka sayap yang belum sempurna dan gerakannya pasif. Pada proses selanjutnya kerangka sayap menjadi sempurna, tetapi bulu sayap yang berumbai-umbai belum terbentuk.

Pupa Thrips berwarna coklat muda dengan beberapa garis melintang berwarna coklat tua. Setelah ganti kulit yang terakhir, panjang tubuh menjadi sekitar 2 mm. Pada fase imago, semua organ telah terbentuk sempurna dan serangga siap bertelur.

Pengendalian :

  1. Pemantauan (monitoring) populasi pada saat fase kritis yaitu daun muda di pembibitan pada umur 2 – 3 bulan saat suhu disekitar pertanaman meningkat, maka pengendalian dilakukan dengan menjaga lingkungan tajuk tanaman tidak terlalu rapat dengan tujuan agar sinar matahari dapat menerobos sampai ke bagian dalam tajuk.
  2. Memanfaatkan musuh alami Thrips seperti kumbang Coccinellidae sebagai predator.
  3. Pengendalian kimia dilakukan dengan insektisida berbahan aktif imidaklopid.

Dengan mengetahui informasi di atas, bahwa Thrips dapat menyerang tanaman pala dengan menyebabkan daun keriting pada pembibitan, sehingga perlu diwaspadai. Pengendalian dapat dilakukan sejak dini yaitu pada saat pembibitan. Untuk itu, pengamatan secara kontinu perlu terus dilakukan untuk mengetahui populasinya, serta faktor pendukung lainnya seperti ketersediaan pakan, pergerakan angin, suhu, dan kelembaban.

DAFTAR PUSTAKA

https://Statistik perkebunan pala tahun 2019-2022.go.id

Anononim, 2005.Perkembangan Teknologi Tanaman Rempah – rempah danObat, Vuol XVI/1 Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, Jakarta.

Anonim https://www.nusatani.com/2016/03

Ditjenbun,2008. Pedoman Teknis Budidaya Pala .Jakarta .2008.

Ditjenbun,2010.Pedoman Pengenalan dan Pengendalian Tanaman Pala, Jakarta.

Marzuki.I, Hadat F.A. Syukur, M.A. Assagaf, 2006 Potensi dan Pengembangan Pala di Maluku Utara. Baliotro. Jakarta


Bagikan Artikel Ini