BALAI BESAR PERBENIHAN DAN PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN AMBON
DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN

BBPPTP Ambon Sosialisasikan Pertanian Berkelanjutan Dorong Petani Pala Maluku Tengah Tingkatkan Produktivitas

Diposting     Jumat, 15 Maret 2024 07:03 am    Oleh    Admin Balai Ambon



Penulis: Matthew Hutapea

Desa Wakasihu – Meninjau PERMENTAN No 40 Tahun 2023 dengan tujuan meningkatkan produksi dan produktivitas, nilai tambah, dan daya saing produk tanaman perkebunan serta untuk memenuhi kebutuhan konsumsi serta bahan baku industri dalam negeri maupun ekspor Selaras dengan arahan Menteri Pertanian (MENTAN) Andi Amran Sulaiman, Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP) Ambon, Direktorat Jenderal Perkebunan (DITJENBUN), Kementerian Pertanian (KEMENTAN) lakukan sosialisasi, tukar pendapat dan praktik pengendalian hama terpadu (PHT) langsung didepan petani. Sebelumnya sosialisasi dengan penekanan GAP (Good Agricultural Practice). Perlu diketahui GAP adalah Standar yang menekankan pada metode budidaya yang baik, berkelanjutan, dan ramah lingkungan. Ini mencakup pengelolaan tanah, air, pengendalian hama, dan pengelolaan tanaman secara alami.

Dari beberapa aspek GAP pemateri BBPPTP Ambon dari aspek budidaya tanaman dan observasi lapangan yaitu Ace Risamena  menyampaikan beberapa poin diskusi penting yaitu:

  • Penanaman pala harus mengikuti anjuran jarak tanam paling ideal yaitu 9x9m untuk mencegah persaingan nutrisi dan penyakit akar.
  • Struktur tanah dengan struktur pasir dan bebatuan cocok untuk pertumbuhan tanaman pala dan struktur ini menguntungkan karna mempermudah pertumbuhan akar.
  • Pemilihan tanaman sela dengan menghindari tanaman yang memiliki persaingan nutrisi yang besar dengan tanaman utama seperti kakao, pisang, cengkeh. Namun meninjau dari sosial dan budaya yang bersifat masih melekat petani masih terbiasa menanam tanaman sela yang masih bersaing dengan tanamna utama. BBPPTP Ambon memberikan pengetahuan lanjutan untuk budidaya selanjutnya agar memperhatikan tanaman sela yang tidak bersaing besar dengan tanaman utama
  • Komposisi tanaman ideal untuk penanaman pala jantan dan betina adalah 1:10 / 1:20 untuk mendukung penyerbukan dan produksi buah
  • Pemupukan: Menggunakan pupuk organik dari sisa buah pala, kotoran ternak, atau sisa pembuatan gula merah. Pupuk anorganik seperti NPK dapat digunakan dengan bijak namun untuk mencapai hasil produksi organik yang bernilai jual tinggi pengunaan bahan anorganik sangat tidak relevan. Meninjau dari sumber daya bahan organik disekitar lokasi penanaman menjadi satu poin tambah untuk meningkatkan unsur hara secara organik.
  • Pengelolaan kebersihan dengan melakukan “kalesang” idiom dari Maluku yang berarti mengelola, merawat, mengatur, dan melestarikan sehingga kebersihan kebun dapat dijaga dan meminimalisir penyakit tanaman pala. Selain itu kondisi tanah yang sebagian terpapar sinar matahari langsung cenderung kering sehingga tidak baik untuk budidaya palapembuatan sumur-sumur buatan yang nantinya akan mengalami evaporasi ketika panas matahari meningkat sehingga kelembapan tanah tetap terjaga. Selain itu penggunaan mulsa organik yaitu seresah dapat disebarkan di bagian tanah yang terpapar sinar matahari secara langsung

Sedangkan dari aspek pengendalian hama dan penyakit  dan observasi lapangan disampaikan oleh Hellen Talahatu dengan poin penting yaitu:

  • Penyakit yang ditemukan menyerang tanaman Pala yaitu penyakit busuk buah kering, penyakit busuk buah basah, penyakit kanker batang pala, dan pengenalan penggerek batang pala (Batocera Hercules) selain itu melakukan pengenalan gejala tanaman terserang, hasil terserang, maupun gambar dari hama yang menyerang tanaman
  • Pengendalian Hama dan Penggunakan metode organik seperti arang tempurung untuk kanker batang dan larutan pestisida nabati dari akar tuba dan serai. Secara singkat teknis pemberian pasta arang tempurung dengan mengikis kulit batang pala terserang kanker batang kemudian mengolesi dengan pasta arang tempurung kelapa yang mengandung karbon aktif. Desi (2020) mengemukakan bahwa arang dapat berfungsi sebagai penyerap mikroorganisme dan bahan-bahan kimia sehingga dapat digunakan untuk menyerap dan mengikat cairan yang keluar dari batang. Selain itu penggunaan pestisida nabati yaitu sereh dan akar tuba memiliki peranan penting dalam memutus hama penggerek batang pala dikarenakan akar tuba memiliki senyawa rotenon yang mana Bila rotenon masuk dalam tubuh serangga maka menimbulkan organisme kesulitan bernapas karena sukar memperoleh oksigen yang mengakibatkan serangga yang keracunan berhenti makan serta kelaparan yang ditimbulkan akibat kelumpuhan alat-alat mulut (Frasawi, 2016). Sedangkan serai memiliki peranan membantu menghilangkan bakteri dan jamur.

Setelah diskusi dan sebelum aplikasi langsung pada tanaman terserang serta praktik langsung dengan petani BBPPTP Ambon lakukan 3 langkah untuk terus meningkatkan layanan yaitu pengisian data diri absensi dan kepuasan masyarakat pada layanan yang diberikan serta memberikan post test pendalaman materi terhadap petani. Sehingga diharapkan petani dapat mengimplementasikan langsung praktik GAP dilapangan. Selain itu juga dari pelayanan dilapangan ini BBPPTP Ambon mendapatkan indeks pelayanan yang baik menunjukkan petani puas baik dalam pemberian materi maupun praktik dilapangan. Selain itu untuk mendorong petani pala terus menerapkan GAP, BBPPTP Ambon memberikan bantuan langsung berupa knapsack dan peralatan teknis lainnya guna mempermudah implementasi GAP dilapangan.

Daftar Pustaka:

Desi, Hidayanti, Muas. 2020.  Efektivitas Bubuk Arang Tempurung Kelapa Terhadap Penurunan Kadar Warna, Bau Dan Rasa Air Gambut Desa Kualu Kecamatan Tambang. Universitas Riau. Pekanbaru

Orpa Frasawi. 2020. Efektivitas Ekstrak Akar Tuba Terhadap Hama Ulat Krop Crocidolomia. Pavonana Pada Tanaman Kubis Di Kota Tomohon. Jurnal LPPM Bidang Sains Dan Teknologi, 3, 52.


Bagikan Artikel Ini